Kamis, 25 Februari 2010

DEEA GestDect pack kecil



DEEA GestDect dapat digunakan untuk 15 kali deteksi, Harga Rp 70.000,- belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim menyesuaikan lokasi pengiriman.

Pemesanan atau informasi lebih lanjut dapat melalui telepon, SMS, atau e-mail. Pembayaran via transfer antar bank

Silakan Hubungi HP. 0818 0815 3767 - 085640 954548 (Akhamd Lukman, SPt)


Barang dikirim ke alamat setelah transfer biaya pembelian kami terima

DEEA GestDect di Villa Domba

SPONS VAGINA (SINKRONISASI BERAHI PADA TERNAK)

SPESIFIKASI:

1. Bentuk silinder diameter 3 cm dengan tinggi 4 cm (spons Kambing/domba)

2. Diameter 5 cm dengan tinggi 4 cm (spons Sapi/kerbau)

3. Dilengkapi dengan tali untuk memepermudah penarikan

4. Kandungan hormon 25 mg

5. Expiring Date 3 tahun

Sabtu, 20 Februari 2010

SPONS & APLIKATOR

APLIKATOR:

1. Terdiri dari 2 bagian, pipa aplikator dan kayu pendorong

2. Pipa aplikator terbuat dari pipa PVC diameter 1/2 inch dengan panjang 20-25 cm untuk aplikator spons kambing/domba, panjang 30-35 cm untuk aplikator spons sapi/kerbau

3. Di buat dengan bagian depan/ujung berbentuk irisan agak lancip dan telah dihaluskan sehingga tidak melukai permukaan dalam vagina ternak

4. Kayu pendorong di buat dari kayu atau bambu yang di bentuk silinder panjang dengan diameter 1 cm, panjang kayu pendorong menyesuaikan panjang pipa aplikator , yaitu sekitar 50 cm


BACA JUGA LINK BERIKUT, (KLIK DISINI)

PENYERENTAKAN BERAHI MENGGUNAKAN SPONS VAGINA


PENYERENTAKAN BERAHI MENGGUNAKAN SPONS VAGINA
CV Bina Satwa Mandiri, Semarang

Penyerentakan berahi adalah usaha untuk mengatur berahi pada sekelompok hewan-hewan betina sehingga hewan-hewan betina mengalami berahi pada waktu yang bersamaan (Partodiharjo, 1987). Manfaat dari penyerentakan berahi bagi peternak adalah terbentuknya suatu pola produksi dengan cara mengatur perkawinan, penyapihan, serta penjualan ternak sesuai dengan umur dan berat yang diinginkan. Selain itu dapat mempermudah inseminator dalam pelaksanaan IB (Mulyono, 1999). Menurut Sri Wuwuh dan Sutiyono (1995) penyerentakan memiliki arti penting dalam pelaksanaan inseminasi buatan (IB). Inseminasi yang dipadukan dengan penyerentakan berahi akan mempermudah dalam memperbaiki mutu genetik dan produksi ternak secara bersamaan sehingga dalam pelaksanaannya lebih efisien. Spons vagina merupakan salah satu cara untuk penyerentakan berahi dengan pola memperpanjang siklus berahi ternak. Dilakukan dengan memasukkan spons yang telah dicelup larutan progesteron ke dalam vagina ternak (Partodihardjo, 1987). Spons yang mengandung progesteron tersebut perlu dimasukkan dalam vagina domba selama 14 hari. Pada hari pengeluaran spons diakhir perlakuan, ternak akan menjadi berahi dalam waktu 2-3 hari (Sri Wuwuh et al., 1995). Ukuran spons vagina ternak menyesuaikan dengan jenis ternak, ukuran spons untuk ternak besar (contoh: sapi) biasanya dengan diameter 5 cm dan tinggi 3,5 – 4 cm, sedangkan untuk ternak kecil (contoh: kambing dan domba) dengan diameter 3 cm dan tinggi 3,5 – 4 cm (Research Team BISMA, 2007).
PEMASANGAN SPONS VAGINA

Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan spons vagina:  Aplikator, berupa tabung dari pipa PVC yang dibuat dengan ujung agak runcing dan telah diperhalus. Aplikator disucihamakan dengan dicuci dan dilap dengan alkohol  Alat pendorong, menggunakan batang kayu tumpul yang diperhalus dan dicuci bersih dengan panjang 2x panjang aplikator  Antiseptik, dioleskan pada spons untuk mencegah infeksi akibat kuman atau bakteri  Alkohol, digunakan untuk mensterilkan aplikator, tangan pelaksana, bagian luar vagina dan alat lain.  Pelumas, dioleskan pada aplikator untuk mempermudah masuknya spons ke dalam vagina.  Kapas, dicelupkan dalam alkohol untuk membersihkan bagian luar vagina dan mensterilkan alat. A. Persiapan Spons Vagina - Spons vagina diolesi dengan antiseptik (contoh: betadine salep) secukupnya secara merata untuk membunuh atau mencegah perkembangan kuman atau bakteri dalam vagina (untuk efisiensi biasanya pengolesan antiseptik dilakukan pada sejumlah spons secara bersamaan terlebih dulu) B. Persiapan Alat Dan Ternak - Aplikator dan pendorong setelah dilap dengan alkohol, diolesi dengan pelumas (contoh: KY Jelly dan minyak goreng) - Ternak (kambing) dipegang dalam posisi ternak berdiri dan tidak bergerak untuk memudahkan memasukkan aplikator - Vagina dibersihkan dari kotoran (bila ada) dan diolesi dengan alkohol menggunakan kapas C. Pemasangan Spons Vagina - Bagian luar vagina dibersihkan dengan alkohol menggunakan kapas. - Spons yang telah diolesi antiseptik dimasukkan ke hingga ¾ bagian ujung atas aplikator, dan bagian ujung aplikator diolesi dengan pelumas. Bila perlu, untuk ternak yang masih dara cobalah untuk mencari jalan masuk vagina menggunakan 1 jari sehingga mempermudah langkah memasukkan aplikator - Aplikator yang berisi spons vagina dimasukkan dalam vagina kambing dan spons didorong hingga pintu servik. (perhatian, tali nilon jangan sampai ikut masuk ke vagina) - Rapikan tali nilon agar mempermudah pencabutan spons vagina. - Spons dibiarkan dalam vagina kambing selama 12-14 hari
PENCABUTAN SPONS VAGINA

- Setelah 12-14 hari spons dibiarkan dalam vagina kambing, spons dicabut dengan cara menariknya secara perlahan untuk mencegah tertinggalnya spons karena tali terlepas. - Pergunakan sarung tangan dan penutup hidung saat menarik spons untuk mengurangi bau cairan vagina. - Bila perlu, masukkan satu jari ke dalam vagina dan koreklah secara melingkar untuk mempermudah penarikan dan mendeteksi kemungkinan adanya penempelan spons vagina pada kulit lapisan luar vagina. - Kumpulkan spons dalam satu tempat untuk memudahkan membuangnya. - Ternak kambing akan berahi 2-3 hari setelah pencabutan spons vagina

PEMELIHARAAN TERNAK BUNTING DAN ANAK BARU LAHIR PADA KAMBING DAN DOMBA

PEMELIHARAAN TERNAK BUNTING DAN ANAK BARU LAHIR
PADA KAMBING DAN DOMBA
Oleh : Daud Samsudewa, S.Pt, M.Si
(Staff Pengajar Fakultal Peternakan UNDIP Semarang)


PENDAHULUAN

Perkembangan ternak di Indonesia saat ini masih rendah. Berdasarkan
Data Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah 2004 peningkatan
produktivitas ternak ruminansia masih rendah. Perkembangan ternak
tahun 1999-2004 sapi perah baru mencapai angka 5,29%; sapi potong
0,52%; kambing 0,17%; domba 2,53% bahkan kerbau mengalami
penurunan 8,30%. Melihat keadaan tersebut sangat diperlukan sekali
usaha peningkatan populasi ternak.
Kambing dan Domba merupakan ternak yang menjadi andalan Jawa
tengah utamanya untuk jenis Kambing Peranakan Etawah yang banyak
dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan jenis Domba Texel yang
banyak dikembangkan di Kabupaten Wonosobo. Tetapi, sampai saat ini
perkembangan kambing dan domba di Jawa Tengah masih menunjukkan
peningkatan populasi yang belum begitu tinggi.
Beberapa masalah yang masih dihadapi dalam perkembangan
produktivitas ternak kambing dan domba adalah dalam bidang
reproduksi. Beberapa masalah yang sering muncul antara lain adalah
proses perkawinan, pemeliharaan ternak bunting dan perawatan anak
baru lahir. Tingkat kematian anak baru lahir pada kambing dan domba
masih cukup tinggi. Sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya peningkatan
pengetahuan peternak dalam upaya pemeliharaan betina bunting dan
anak baru lahir.

Reproduksi Kambing dan Domba

Kambing dan domba betina mencapai pubertas pada umur 5-7 bulan.
Panjang siklus berahi kambing dan domba antara 18-22 hari atau dengan
rata-rata 21 hari dengan lama berahi 24-48 jam (Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000). Kambing dan domba mengalami ovulasi menjelang akhir
estrus atau sekitar 24-26 jam setelah berahi (Toelihere, 1981; Jainudeen
et al. dalam Hafez, 2000). Tiap ovulasi kambing dan domba
mengovulasikan 1-3 sel telur (Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000).
Kambing dan domba mengalami partus atau melahirkan pada umur 150
hari kebuntingan (Toelihere, 1981; Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000).
Kidding dan lambing interval pada kambing dan domba mencapai 240
hari dengan indek reproduksi kambing dan domba betina mencapai 1,6
anak/betina/tahun. Kambing dan domba betina mulai dikawinkan umur
12 bulan (Sodiq dan Sumaryadi, 2002).
Kambing dan domba mencapai pubertas pada umur 4-6 bulan ditandai
dengan mulainya proses spermatogenesis. Proses spermatogenesis
merupakan proses produksi spermatozoa di dalam testis pada bagian
tubuli seminiferi (Garner dan Hafez dalam Hafez, 2000). Kambing dan
domba menghasilkan semen dengan volume 0,8 – 1,2 ml per ejakulasi.
Konsentrasi spermatozoa mencapai 2000-3000 juta per ml dengan
motilitas progressive 60-80% dan abnormalitas 5-20% (Hafez, 1993).

Pemeliharaan Betina Bunting

Pemeliharaan betina bunting merupakan salah satu upaya penting
yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak.
Pemeliharaan ternak bunting perlu lebih diintensifkan utamanya dalam
hal pemberian pakan dan perawatan (hindari dari terjatuh dan benturan
atau kondisi kandang yang kurang baik). Proses pemeliharaan
kebuntingan ini sangat penting karena embrio ternak cukup labil
utamanya pada umur kebuntingan muda. Hasil penelitian Ayalon (1978)
dalam Hunter (1995) menunjukkan kematian embrional pada umur 35 –
42 hari pada domba mencapai 31%. Penelitian lain dari Toelihere (1981)
menunjukkan bahwa kematian embrional dalam minggu pertama
kebuntingan mencapai 25%. Kematian embrional ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain kondisi pakan, ketidakseimbangan hormonal dan beberapa penyakit seperti Vibriosis dan Bruchelosis (Toelihere,
1981). Alasan utama perlunya pemeliharaan betina bunting yang lebih
insentif karena betina bunting tersebut merupakan penentu kualitas
anakan yang akan dihasilkan.
Beberapa cara untuk memelihara ternak bunting adalah dengan
perbaikan pakan dan pemisahan induk bunting. Pakan menjadi salah satu
faktor penting dalam pemeliharaan betina bunting karena dengan
memberikan pakan yang baik akan memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
mendukung pertumbuhan anakan kambing domba ataupun kesehatan
indukan. Indukan juga membutuhkan pakan yang baik terutama untuk
mempertahankan kesehatan utamanya kesehatan tulang sekaligus
digunakan untuk memproduksi air susu. Beberapa bahan pakan utama
yang dibutuhkan oleh betina bunting antara lain adalah kandungan
kalsium, asam amino essensial tertentu seperti lysin dan karbohidrat
sebagai sumber energi.
Contoh formulasi ransum yang dapat diberikan pada betina bunting
antara lain :
 Hijauan 3 kg
 Konsentrat :
 Dedak Padi 0,5 kg
 Jagung 0,5 kg
 Garam dapur 1 sdt

Contoh formulasi ransum ini dapat digunakan hingga ternak betina
tersebut melahirkan. Selain itu dapat juga diberikan beberapa bahan
pakan berenergi tinggi seperti ketela pohon.
Induk harus dipisahkan untuk menghindari benturan ataupun
gangguan betina lain. Gangguan akan banyak terjadi apabila terdapat
ternak yang dominan. Selain pemisahan, kondisi kandang juga harus diperhatikan, antara lain jarak bilah pada lantai sehingga dapat
menurunkan resiko terperosok.

Perawatan Anak Baru Lahir

Selain pemeliharaan betina bunting, perawatan anak baru lahir juga
menjadi faktor utama dalam menurunkan kematian anak baru lahir.
Beberapa penyebab kematian anak baru lahir antara lain bobot badan
yang rendah, defisiensi pakan, infeksi bateri, mencret dan dehidrasi.
Penyebab kematianmenunjukkan kualitas pakan ynag baik sangat
menentukan (Hunter, 1995; Sorensen, 1979).
Persiapan kelahiran ternak juga harus diperhatikan karena dengan
kelahiran yang tidak sempurna akan menyebabkan cacat. Persiapan
kelahiran yang perlu disiapkan adalah penyediaan tempat yang luas dan
beralaskan suatu bahan yang empuk seperti jerami padi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan anak baru
lahir adalah :
1. Lakukan upaya agar indukan kambing dan domba dapat menjilati
anaknya.
2. Usahakan dalam 1-2 jam anak kambing dan domba sudah
mendapatkan susu anakan.
3. Berikan susu pengganti apabila indukan tidak mau memberikan air
susu.
4. Pisahkan anakan dan sediakan susu pengganti apabila indukan
mengusir anaknya.
Susu pengganti menjadi faktor penting bagi anakan kambing dan domba
karena dengan penggunaan susu pengganti ini akan dapat memenuhi
kebutuhan anakan.
Salah satu formulasi susu penganti yang dapat diberikan adalah :
1. Susu Murni 200 gram
2. Susu Skim 200 gram
3. Gula Pasir 100 gram
4. Oli 1 sdt

Formulasi susu pengganti ini disiapkan untuk 1 ekor anakan dan
diharapkan sekali minum.

PENUTUP
Pemeliharaan induk bunting dan anak baru lahir sangat penting
sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Apabila pemeliharaan induk
bunting dan anak baru lahir dapat diperhatikan dengan baik akan
menurunkan angka kematian anak sehingga akan meningkatkan
produktivitas kambing dan domba.


TEKNIK PENAMPUNGAN URINE SECARA CEPAT


PENDAHULUAN

Metode deteksi kebuntingan melalui urin ternak memang mempunyai banyak keuntungan, diantaranya aman bagi ternak dan dapat dilakukan siapa saja. Metode deteksi semacam ini, salah satunya dapat menggunakan ”DEEA GestDect”. Urin ternak untuk deteksi
kebuntingan harus bersih dan tidak terkontaminasi kotoran. Namun dalam pelaksananya, beberapa peternak mengalami kesulitan dalam penampungan urin ternak yang memenuhi persyaratan. Selain urin yang bersih, juga dibutuhkan metode penampungan secara cepat, karena kebutuhan untuk proses deteksi kebuntingan dengan media urin ternak
yang dapat dilakukan setiap saat.

Berdasarkan kendala-kendala di atas, maka dibutuhkan metode penampungan urin secara cepat sehingga dalam proses deteksi kebuntingan ternak dengan menggunakan urin dapat diaplikasikan peternak dengan mudah dari mulai penampungan urin sampai proses penentuan bunting atau tidak. Metode-metode penampungan urin secara cepat yang dilakukan oleh peternak di beberapa daerah, antara lain metode bekap mulut, penampungan dipagi hari dan metode menggunakan harness.


METODE PENAMPUNGAN URINE TERNAK

1. PEMBEKAPAN MULUT PADA TERNAK MAMALIA KECIL (Kambing & domba)
Metode penampungan urine salah satunya adalah dengan cara pembekapan ternak pada bagian mulutnya. Metode ini merupakan metode konvensional yang sudah banyak dilakukan di beberapa daerah tertentu (seperti Wonosobo).
Cara penampungan urin ini sebagai berikut:
  1. Penampungan minimal dilakukan 2 orang
  2. Salah seorang memegang ternak dan seorang lagi membekap mulut ternak
  3. Ternak dihandling (orang I)
  4. Ternak dibekap ± 3-5 detik selama beberapa kali (orang II)
  5. Tunggu ternak hingga ternak kencing
  6. Tampung urin yang keluar.
  7. Selamat mencoba.

Kelebihan metode ini adalah peternak lebih cepat mendapatkan urine, dengan perlakuan yang dibiasakan maka akan semakin mudah koleksi urin menggunakan metode pembekapan ini.
Kelemahannya adalah perlu ketelatenan dan kecermatan,Ternak dapat mengalami stress.

2. PENAMPUNGAN DI PAGI HARI
Selain metode penampungan, hal yang perlu diperhatikan adalah waktu penampungan. Ada waktu tertentu ternak relatif lebih sering kencing. Seperti halnya manusia, pada kondisi yang relatif dingin, ternak relatif sering kencing. Pagi hari merupakan saat dimana ternak sering melakukan urinasi karena kondisi masih cukup dingin, ternak baru selesai beristirahat. Sehingga pada pagi hari, penampungan urin ternak lebih mudah dilakukan. Cara memancing ternak untuk
kencing pada pagi hari juga cukup mudah, biasanya setelah disiram bagian tubuhnya (dimandikan) maka ternak akan kencing.

3. MENGGUNAKAN HARNESS SEDERHANA
Harness merupakan alat bantu yang digunakan untuk menampung urine ternak. Harness ini dapat dibuat sendiri secara sederhana. Harness pada ternak mamalia kecil (seperti kambing, domba, babi, dan lain-lain) dapat dibuat dari plastik dan tali rafia. Penggunaan harness sederhana ini cukup simpel, yaitu dengan menempelkan pada bagian vulva dan mengikatkan tali pada bagian tubuh ternak. Ikatan tali diusahakan kuat dan tidak mudah lepas tapi tidak menyakiti ternak. Kelebihan menggunakan harness adalah peternak dapat menampung urine ternak dengan mudah, namun peternak harus butuh waktu untuk menunggu sampai ternak kencing. Beberapa ternak sulit ditampung dengan harness karena merasa tidak nyaman.

Aturan Pakai DEEA GestDect