Selasa, 27 Desember 2011

Artivicial Insemination Gun (AI Gun)


Digunakan untuk melakukan inseminasi buatan (IB), terdapat beberapa model dengan merk berbeda.

Kami juga menyeiakan pelengkap lain untuk IB seperti Plastik Sheet, Plastik Glove, Jelly, Spekulum, Container Nitrogen Cair, Straw Sperma Beku BIB Ungaran, Lembang dan Singosari

Menyerentakkan Berahi Domba dan Kambing dengan Spons Progesteron

Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor


Spons progesteron modifikasi dapat digunakan untuk menyerentakkan berahi kambing dan domba dengan hasil yang baik. Ternak dapat berahi secara serentak dengan ovulasi dan tingkat kebuntingan yang baik pula.

Produktivitas usaha ternak domba dan kambing sangat beragam dan umumnya masih rendah. Produktivitas tersebut dapat ditingkatkan antara lain dengan memperbaiki mutu bibit dan tata laksana pemeliharaan. Pengaturan pola perkawinan dan seleksi diperlukan untuk menghasilkan ternak yang bermutu baik. Pengaturan perkawinan memerlukan pejantan unggul, tetapi ketersediaan pejantan sering terbatas. Agar pejantan yang ada dapat mengawini lebih banyak ternak betina telah diperkenalkan perkawinan buatan (kawin suntik/ inseminasi buatan = IB). Agar pelaksanaannya efektif dan efisien, IB dikombinasikan dengan penyerentakan berahi dengan menggunakan hormon tertentu. Penyerentakan berahi biasanya dilakukan dengan memberikan progestagen (progesteron sintetis) dalam kurun waktu tertentu, baik secara oral, penyuntikan maupun intravagina.

Bahan penyerentak berahi dapat berupa senyawa kimia yang mengandung hormon progesteron yang dikemas dalam spons, yang dikenal dengan nama medroxy progesteron acetate atau flugeston acetate. Spons ditempatkan dalam vagina selama 14 hari. Pada periode ini, kadar progesteron dalam darah meningkat dan akan menghambat sekresi FSH dan LH dari adenohipofisa yang menyebabkan pembentukan folikel degraaf terhambat sehingga ternak tidak menunjukkan tanda-tanda berahi. Setelah spons dicabut, kadar progesteron dalam darah menurun drastis dan kadar FSH meningkat sehingga merangsang perkembangan folikel.

Sejalan dengan itu, kadar estrogen pun meningkat dan langsung merangsang proses ovulasi karena pengaruh LH dan meningkatkan timbulnya tanda-tanda berahi. Apabila proses ini dilakukan secara bersamaan pada beberapa ternak domba dan kambing betina maka ternak dapat berahi secara serentak. Permasalahan dalam penyerentakan berahi adalah mahalnya harga hormon penyerentak berahi yang ada di pasaran dan sulitnya mendapatkan hormon tersebut. Selain itu, spons impor umumnya mengandung progestagen 30-45 mg/spons yang sesuai untuk domba berbobot badan besar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Balai Penelitian Ternak telah membuat kemasan hormon penyerentak berahi yang lebih murah dan sesuai dengan kondisi ternak Indonesia.

Spons modifikasi berbentuk silinder, terbuat dari busa super berdiameter 4 cm dengan tinggi 5 cm, yang digunakan untuk menampung hormon progesteron. Hasil penelitian menunjukkan, spons penyerentak berahi dengan berbagai tingkat konsentrasi hormon progesteron, yang diaplikasikan secara intravagina selama 14 hari, memberikan respons berahi 100% pada domba Garut betina (bobot hidup 25,8 kg). Pada kambing Peranakan Etawah (PE) dengan menggunakan hormon flugeston acetate, 80-100% ternak dapat berahi. Berahi timbul 2-5 hari setelah spons dicabut, terbanyak (55%) pada hari ke-3 sejak spons dicabut dengan lama berahi 12-36 jam (Tabel 1). Hasil ini masih dalam kisaran waktu normal. Semua domba yang berahi menghasilkan sel telur, yang ditunjukkan adanya corpus luteum.

Tabel 1. Waktu munculnya berahi dan lama berahi domba garut yang diberi hormon progesteron.

Hormon

progesteron Muncul berahi Lama berahi

Jam Hari Jam Hari

Impor, 30 mg 85,25 ± 12,73 3,56 ± 0,53 12,00 ± 12,73 0,50 ± 0,53

Modifikasi, 20 mg 61,25 ± 16,97 2,55 ± 0,71 36,00 ± 16,97 1,50 ± 0,71

Modifikasi, 30 mg 65,75 ± 19,09 2,74 ± 0,79 31,50 ± 19,09 1,31 ± 0,80

Jumlah rata-rata ovulasi kanan dan kiri adalah 2,6 dengan tingkat ovulasi rata-rata 1,5. Pemberian hormon progesteron 20 mg/spons menghasilkan 100% ternak berahi dengan tingkat kebuntingan 69%, sedangkan pemberian hormon progesteron 30 mg/spons memberikan persentase berahi yang lebih rendah (86%) tetapi tingkat kebuntingannya lebih tinggi yaitu 76%.

(Umi Adiati).